TUGAS 21.a.9. KONEKSI ANTAR MATERI
KONEKSI ANTAR MATERI
Pembelajaran Berdiferensiasi
Nama : Nurawalianti Syafrudin
CPG : Kab. Gowa
Fasilitator : Drs. Anang Purwito, M.Pd
Pendamping : Luktfy Alam S.Sos
1. Pengertian pembelajaran berdiferensiasi (kesimpulan)
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
a. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
b. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
c. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
d. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
e. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Kesiapan belajar (readiness) murid
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
2. Minat murid
Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:
• Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
• Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
• Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
• Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.
3. Profil belajar murid
Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.
Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:
• Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
• Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
• Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
• Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
• Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
Dalam penerapannya pembelajaran berdiferensiasi dibedakan menjadi 3 yaitu : pembelajaran berdiferensiasi konten, diferensiasi proses dan berdiferensiasi produk.
a. Diferensiasi konten/materi
Jika fokus pada konten, maka murid punya kebebasan untuk menentukan sumber daya alam di sekitarnya untuk diolah jadi sumber makanan. Guru akan memberikan lembar kerja (LK) berisi tabel panduan dan contoh langkah-langkah yang harus dilakukan murid ketika ingin membuat makanan berdasarkan bahan-bahan yang mereka pilih.
b. Diferensiasi proses
Guru dapat memberikan murid kebebasan untuk mengolah sumber daya alam yang telah dipilihnya. Murid dapat menggoreng, mengukus, merebus atau proses lain untuk mengubahnya menjadi makanan. Setelah itu murid harus menulis bagaimana ia menyusun rencana, jadwal pengolahan, dan mengawasi produk yang akan dihasilkan di dalam LK.
c. Diferensiasi produk
Diferensiasi produk akan tampak dari produk yang dihasilkan murid. Produk ini beragam jenisnya karena bahan dan proses yang digunakan juga beragam. Guru dapat meminta orangtua atau saudara untuk menilai produk yang dibuat murid. Penilaian dapat meliputi rasa, inovasi, dan bentuk.
2. Pembelajaran berdiferensiasi memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal
Setiap manusia lahir dengan berbagai potensi dan keunikan masing –masing, seseorang tidak akan mampu mengusahakan potensi muncul dan terlihat jika murid tersebut tidak diasah dan dibarengi pembiasaan setiap harinnya.
Inilah salah satu fungsi dari pembelajan yang berdiferensiasi, ia menawarkan sebuah pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi seseorang sesuai dengan qodratnya sehingga kebutuhan belajar anak tersebut bisa terasa dengan maksimal.
Setiap murid memiliki kebutuhan yang berbeda didalam kelas, ada murid yang menyukai materi pembelajaran fiksi, informasi dll Dalam pelaksanaannya terdapat murid yang menyukai proses yang berbeda seperti audio, ada juga yang mudah memahami jika ada audio visual, dll.
Beberapa hal yang menjadi tolak ukut kemaksimalan pembelajaran berdiferensiasi :
a. Penelitian menunjukkan bahwa instruksi pembelajaran berdiferensiasi efektif bagi murid yang berkemampuan tinggi dan yang punya kesulitan atau tak berkemampuan.
b. Saat murid diberi pilihan atas cara mereka belajar, mereka lebih bertanggungjawab. Murid lebih terlibat dan menunjukkan minat dalam belajar.
c. Dilaporkan masalah disiplin lebih berkurang dikelas bila para guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Dan masih banyak lagi lainnya.
3. Kaitan antar materi
a. Kaitan pembelajaran berd iferensiasi dengan tujuan pendidikan,filosofi Ki hajar dewantara
Ki Hajar Dewantara Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah tuntunan segala kekuatan qodrat yang ada pada anak-anak sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Dari tujuan kita perlu upaya mencapai kemerdekaan belajar untuk murid, pembelajaran berdiferensiasi sangat cocok untuk diterapkan dalam mencapai pendidikan yang menuntun murid merdeka belajar dengan mengikuti pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajara yang ia miliki.
b. Kaitan Pembelajaran berdiferensiasi dengan peran dan nilai guru penggerak,
Guru penggerak adalah orang yang akan memulai penerapan pembelajaran berdirensiasi kepada murid dan akan menuntun mereka menjadi murid yang berddeka belajar, nilai dan fungsi yang dimiliki guru penggerak mengarah padan merdeka belajar.
Murid dengan berbagai kebutuhan mereka akan bisa dicover dengan baik jika dituntun orang orang yang dapat mentrasfer nilai dan perannya sebagai guru dengan baik, olehnya guru perlu memaksimalkan peran dan fungsinnya sehingga dapat menumbuh kembangkan potensi murid dengan baik dan optima.
c. Kaitan pembelajaran berdiferensiasi degann visi guru penggerak
Visi guru penggerak adalah menciptakan merdeka belajar degan profil pelajar pancasila.
5 perubahan yang menurut saya paling diperlukan sekolah demi mewujudkan visi murid merdeka dengan lebih efektif:
1. Kepempimpinan guru yang menuntun
2. pembentukan karakter jiwa pancasila siswa berdasarkan kodratnya
3. Metotelogi mengajar guru
4. Kolaborasi pengembangan sekolah seperti : Hubungan social yang terjalin antara guru dan orangtua siswa
5. Merdeka belajar yang berpusat pada peserta didik.
Dari 5 item yang menjadi cara mewujudkan visi guru penggerak diatas bagian 3 yaitu metodelogi mengajar guru sangat mempengaruhi optimalisasi merdeka belajar, dengan demikian dapat kita pastikan pembelajaran berdiferensiasi bagian dari cara mewujudkan visi guru penggerak terlaksana dengan baik.
d. Kaitan pembelajaran berdiferensiasi dengan budaya positif
Budaya Positif disekolah tidak dapat tercipta begitu saja tanpa adanya kurikulum pembelajaran dengan paradima yang baik, adanya visi dan misi sekolah serta dukungan penuh dari pemangku sekolah. Terdapat banyak aspek yang perlu diperhatikan untuk menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Seperti: paradigma guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswa. Kepala sekolah membuat visi dan misi sekolah yang sesuai dengan profil pelajar pancasila dan pemangku kepentingan sekolah yang paham tentang budaya positif.
Guru dalam mendidik siswa, akan menghadapi siswa dengan karateristik yang beragam, ketika guru kurang memahami paradigma dalam mendidik, tentu ia akan menuntut siswa untuk mengetahui seluruh kompetensi yang ia ajarkan, mengatur siswa dalam segala hal dan menjadikan guru sebagai sentral dalam pembelajaran. Ketika guru sudah sadar tugas utamanya adalah mendidik, guru tidak hanya akan melakukan transfer ilmu, namun juga akan mentrasfer nilai diri dari guru itu sendiri, sehingga ia memperlakukan siswa sesuai dengan qodratnya, tidak menuntut siswa menjadi menguasai pembelajaran namun mengarahkan siswa untuk memahami maksud dan pengaplikasian dari pembelajaran yang di ajarkan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah salah satu pembelajaran yang dapat diajarkan oleh guru untuk menuju merdeka belajar . dalam pelaksanaannya Pembelajaran berdiferensiasi memberikan pandangan budaya positif terhadap siswa untuk terus tumbuh dan kembang dengan pembiasaan –pembiasaan yang luar biasa. Dengan pembiasaan tersebut mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan qodratnya masing-masing.
Comments
Post a Comment